Senin, 05 November 2012

MUNCULNYA ALIRAN PEMIKIRAN DALAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL


TUGAS KE-3

MUNCULNYA ALIRAN PEMIKIRAN DALAM STUDI
HUBUNGAN INTERNASIONAL



logo2
 









SUKMIKA MARDALENA
1101111494
PENGANTAR ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL-KELAS A




ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS RIAU
2012


PENDAHULUAN
Semenjak Hubungan Internasional mulai muncul sebagai suatu  subjek akademik setelah Perang Dunia I, terjadi banyak perdebatan mengenai masalah tersebut. Dalam studi Hubungan Internasional, setidaknya ada empat perdebatan besar  yang menjadi dasar pemikiran studi ini. Empat perdebatan besar itu adalah realisme , idealisme, behavoralisme dan struktiralisme.
Paper ini mencoba menjelaskan bagaimana kerangka teori dari ke emapat aliran tersebut yang saling bersaing dalam mempertahankan pendapat mereka dalam mewarnai sejarah perkembangan hubungan internasional. Dimana dalam pembuatannya Penulis menggunakan berbagai sumber seperti buku-buku, internet dan lain lain yang relevan dengan judul di atas.
PERSPEKTIF DALAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL
1.       IDEALISME
Perang Dunia I membuka pintu terhadap revolusi paradigma dalam studi HI. Sejumlah perspektif HI berusaha menarik perhatian para peminatnya pada periode ini. Salah satunya yaitu kaum Idealis. Secara kolektif kelompok idealis memiliki keyakinan seperti :
1)      Semua manusia (bangsa) menginginkan perdamaian. Watak dasar manusia adalah  ingin   hidup   dalam   suasana   damai,   karena   itu   hubungan   antar   bangsa   pada  perinsipnya dikembangkan untuk menciptakan kedamaian.   
2)      Perang adalah dosa dan terjadi karena ketidak sengajaan. Negara-negara memiliki  kedaulatan   sendiri-sendiri,   dan   untuk   memelihara   kedaulatan   itu   diperlukankekuatan-kekuatan   terutama   militer.   Kemunculan   militer   ini   telah   memancing suasana tegang dan salah sangka diantara negara-negara tersebut satu sama lain,  sehingga tidak terelakkan terjebak dalam perang.
3)      Harus ada pemerintahan dunia yang dapat mengendalikan kekuatan-kekuatan yang  menyebar dalam sistem dunia.Pemerintah dunia ini harus diberi kewenangan untuk  mengendalikan kekuatan-kekuatan dari berbagai negara sehingga dapat mencegah  terjadinya   salah   sangka   yang   dapat   memicu   perlombaan   senjata   dan   perang.  Gagasan ini menghasilkan pembentukan Liga Bangsa-Bangsa (LBB)[1]
Namun usaha kaum idealis belum menunjukkan hasil yang maksimal. Berbagai perang terjasi dan meruntuhkan usaha kaum idealis untuk mencari perdamaian melalui norma-norma hukum yang diaplikasikan melalui lembaga supra-nasional. Runtuhnya usaha kaum idealis tersebut kemudian menyulut Perang Dunia II.
2.      REALISME
Kegagalan kaum idealis mendapat kecaman, kemudian lahirlah aliran baru yang tidak mau menyerah atau mengalah kepada daya tarik idealisme. Mereka menolak serta membuang pedoman-pedoman diplomasi yang bersifat legalistik-moralistik dan menyebut diri mereka sebagai kaum realis.
            Para pengikut paham politik realism cenderung bersikap pesimis terhadap hakikat manusia (human nature) dan sangat mencurigai perilaku kelompok. Kerangka kerja penganut paham ini dapat di rangkum dengan empat proposisi, yaitu:
1.       Kedaulatan negara adalah unsur terpenting dalam urusan hubungan internasional.
2.       Secara rasional negara harus mengejar kepentingan dirinya sendiri, yang di artikan sebagai kekukatan dalam berkompetensi dengan negara-negara lain,
3.       Dalam suatu system internasional tanpa pemerintahan terpusat(anarki), keseimbangan kekuasaan adalah suatu cara yang realistis untuk menjamin adanya tatanan yang kuat dan stabil, serta situasi yang relative damai,
4.       Konflik dan perang adalah kemungkinan-kemungkinan yang selalu terjadi sehingga suatu pertahanan militer yang tangguh sangat penting untuk keamanan suatu negara.[2]

3.      BEHAVIORALISME
Akhir tahun 1950-an muncul aliran pemikiran ketiga yang menolak tradisi pemikiran idealis maupun realis. Mereka menamakan dirinya kaum behavioralis yang melakukan pendekatan dari segi tingkah laku. Mereka segera mengumumkan bahwa pendekatan tradisional, baik yang idealis maupun realis, segi pentingnya hanya sebagai dasar membangun ilmu hubungan internasional.
Bevioralisme ini juga sering disebut dengan pendekatan ilmiah. Menurut kaum behavioralis, ilmu adalah aktivitas membuat generalisasi. Oleh sebab itu tujuan penelitian ilmiah adalah menemukan pola- pola perilaku antar negara dan penyebab-penyebabnya.
Bertolak dari perspektif ini sebuah teori hubungan internasional harus berisi pernyataan hubungan antar dua atau lebih variabel, khusus untuk kondisi dimana hubungan berlangsung dan menjelaskan mengapa hubungan itu bisa berlangsung. Para penganut paham ini juga menekankan perlunya mengumpulkan data mengenai karakteristik negara dan bagaimana berhubungan satu sama lain. Oleh sebab itulah gerakan behavoralis ini diwarani dengan studi kuantitatif hubungan internasional.

4.      STRUKTURALISME
Strukturalisme adalah salah satu perspektif Hubungan Internasional yang kurang popular namun sangat penting. Kaum strukturalis menghendaki agar keadilan terus dipahami oleh banyak orang terutama di dunia berkembang. Strukturalis juga berpendapat bahwa hubungan ekonomi global dirancang sedemikian rupa untuk menguntungkan kelas-kelas sosial tertentu sehingga menghasilkan sebuah ‘sistem dunia’ yang pada dasarnya tidak adil.
Poin-poin strukturalisme antara lain :
1.       Karakteristik hubungan internasional sangat dibentuk oleh struktur perekonomian dunia yang kapitalis,
2.       Politik internasional dibentuk atau ditentukan oleh faktor faktor ekonomi,
3.       Aktor-aktor utama adalah negara-negara, perusahaan-perusahaan multinasional dan transnasionalserta kelas-kelas dominan,
4.       Negara lebih mencerminkan kepentingan kelas-kelas dominan daripada kepentingan nasional yang murni,
5.       Kapitalisme pada dasarnya merupakan suatu tatanan sosial dan ekonomi yang adil dan menghasilkan konflik dan ketidakharmonisan,
6.       Kapitalisme ditndai dengan kontradiksi-kontradiksi internal dan merupakan sasaran bagi krisis periodik.
Jadi dapat disimpulkan bahwa menurut kaum srtukturalis aktor utama dalam hubungan internasional adalah negara dan aktor non negara lainnya. Selain itu aktor ekonomi sangat berpengaruh penting bagi hubungan internasional.

KESIMPULAN
            Keberadaan studi Hubungan Internasional saat ini tidak terlepas dari sejarah bagaimana proses terbentuknya hubungan internasional dari awal pemikirannya hingga menjadi suatu studi akademik di berbagai Universitas di dunia.
            Tidak dapat dipungkiri bahwa di awal perkembangannya terdapat berbagai perdapat dari para ahli mengenai hubungan internasional. Ditandai dengan adanya kaum idealisme, realisme, behavioralis serta struktitalis. Berbagai pemikiran tersebut saling bersaing dalam menganalisa hubungan internasional dan mewarnai perkembangan Ilmu Hubungan Internasional.

REFERENSI
Perwira,Anak Agung Banyu.2005.Pengantar Ilmu Hubungan Internasional. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Thompson, L.millburn. 2009. Keadilan dan Perdamaian.Jakarta: BPK Gunung Mulia
Sitepu, P. Anthonius. 2011. Studi Hubungan Internasional. Jakarta: Graha Ilmu

M.Saeri.Teori Hubungan Internasional Sebuah Pendekatan Paradigmatik (Jurnal Transnasnasional, Vol.3, No.2, Februari 2012)



[1] M.Saeri.Teori Hubungan Internasional Sebuah Pendekatan Paradigmatik (Jurnal Transnasnasional, Vol.3, No.2, Februari 2012)
[2] Thompson, L.millburn. 2009. Keadilan dan Perdamaian.Jakarta:BPK Gunung Mulia

1 komentar:

Unknown mengatakan...

ya sama-sama :)